Kerajaan Mataram – Dalam tarikh, tanah Jawa merupakan salah satu wilayah yang sangat terkenal dengan beragam kerajaan yang menjadi legenda hingga saat ini. Kerajaan tersebut menjadi pusat peradaban yang membentuk ciri komunal yang baru dalam perjalanan sejarah di tanah Jawa.
Ada cukup banyak kerajaan dengan berbagai corak yang menghiasi jengkal tanah Jawa. Tidak hanya sebagai simbol, kerajaan-kerajaan tersebut juga memiliki peran untuk menyebarkan agama atau membentuk paham masyarakat yang baru.
Salah satu kerajaan di tanah Jawa yang paling terkenal dan terkenang hingga kini adalah Kerajaan Mataram. Kerajaan ini berada di Jawa Tengah dan menjadi salah satu kerajaan yang paling besar di Jawa.
Contents
- 1 Sejarah Singkat Kerajaan Mataram
- 2 Raja-raja yang Memimpin Mataram Kuno
- 2.1 Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
- 2.2 Rakai Panangkaran Dyah Sankhara
- 2.3 Rakai Panunggalan (Dharanindra)
- 2.4 Rakai Warak Dyah Manara
- 2.5 Dyah Gula
- 2.6 Rakai Garung
- 2.7 Rakai Pikatan Dyah Saladu
- 2.8 Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
- 2.9 Dyah Taqwas
- 2.10 Rakai Panumwangan Dyah Dawendra
- 2.11 Rakai Gurunwangi Dyah Wadra
- 2.12 Rakai Watuhumalang Dyah Jbang
- 2.13 Rakai Watukura Dyah Walitung
- 3 Raja-Raja yang Memimpin Mataram Islam
- 4 Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
- 5 Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Sejarah Singkat Kerajaan Mataram
Kerajaan Mataram merupakan salah satu kerajaan yang luhur dan memiliki peran yang sangat penting dalam catatan sejarah di Jawa. Apa yang paling diingat dari tarikh mengenai kerajaan ini adalah di mana Mataram akhirnya terbagi menjadi dua, yaitu Mataram Kuno dan Mataram Islam.
Para ahli mengatakan bahwa sejarah dari kerajaan ini dapat dijelaskan dan dilihat dari peninggalan sejarah berupa prasasti yang ditemukan. Kedua kerajaan tersebut sama-sama diperintah oleh raja secara turun temurun. Kerajaan pertama, yakni Kerajaan Mataram kuno merupakan Mataram Hindu.
Nama kerajaan ini merujuk pada dua dinasti yang berbeda, yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra. Dinasti Sanjaya merupakan dinasti dengan corak Hindu dan didirikan pada tahun 732 Masehi oleh Sanjaya. Sedangkan Dinasti Syailendra adalah dinasti dengan corak Buddha. Dinasti ini didirikan oleh Bhanu pada tahun 752 Masehi.
Kedua dinasti ini berkuasa di Jawa Tengah, terutama pada bagian selatan. Sedangkan kerajaan kedua, yakni Mataram Islam merupakan kerajaan Islam yang berdiri sekitar abad ke 16 di Pulau Jawa. Kerajaan ini dipimpin oleh dinasti yang mengaku sebagai keturunan dari Majapahit yang sudah memeluk Islam.
Keturunan yang dimaksud adalah berasal dari Ki Ageng Sela dan juga Ki Ageng Pemanahan, di mana keduanya merupakan raja besar dari Kerajaan Mataram Islam.
Raja-raja yang Memimpin Mataram Kuno
Ketika Kerajaan Mataram kuno berkuasa, kedua dinasti yakni Dinasti Sanjaya dan Dinasti Syailendra memiliki persaingan yang cukup sengit mengenai siapa yang bisa memimpin kerajaan tersebut. Oleh karena itu, dengan adanya persaingan, maka ada pergantian raja yang memimpin Mataram.
Raja-raja yang pernah memimpin Mataram Kuno pasti berasal dari kedua dinasti tersebut. Menurut prasasti Wanua Tengah III (908 Masehi) dan prasasti Mantyasih (907 Masehi), raja-raja yang pernah memimpin Kerajaan Mataram kuno adalah sebagai berikut:
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya adalah raja pertama dari Kerajaan Mataram dalam periode Jawa Tengah. Ia berkuasa dari tahun 717-746 Masehi. Nama dari Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya diketahui melalui prasasti Mantyasih dan prasasti Canggal.
Beberapa sejarawan mengatakan bahwa ia adalah pendiri Wangsa Sanjaya, meskipun ada beberapa yang menolak.
Rakai Panangkaran Dyah Sankhara
Sri Rakai Panangkaran Dyah Sankhara ini adalah raja kedua dari Mataram Kuno yang memerintah dari tahun 746 hingga 784 Masehi. Periode kepemimpinan raja ini dimulai dengan gencarnya pembangunan beragam jenis candi dengan aliran Budha. Candi tersebut terletak di dataran Prambanan dan masih bisa ditemukan hingga saat ini.
Rakai Panunggalan (Dharanindra)
Raja Mataram Kuno yang selanjutnya adalah Rakai Panunggalan (Dharanindra) atau yang seringkali disingkat dengan nama Indra. Raja ini merupakan keturunan dari Dinasti Syailendra yang memerintah mulai dari tahun 784 hingga 803 Masehi.
Nama beliau ditemukan dalam prasasti Kelurak dengan memiliki gelar Sri Sanggrama Dhananjaya. Dalam pemerintahannya, Rakai Panunggalan berhasil meluaskan kekuasaan kerajaan hingga sampai ke daratan Malaya.
Rakai Warak Dyah Manara
Rakai Warak Dyah Manara adalah raja keempat dari Kerajaan Mataram Kuno yang berkuasa di Jawa Tengah. Ia naik ke pucuk pemerintahan dan menjadi raja mulai dari tahun 803 hingga 827 Masehi. Nama dari Rakai Warak Dyah Manara ditemukan di dalam prasasti Mantyasih yang berisi daftar dari raja-raja yang pernah memerintah Mataram kuno.
Nama asli dari Rakai Warak Dyah Manara adalah Samaragrawira yang merupakan ayah dari Balaputeradewa yang merupakan raja dari Kerajaan Sriwijaya. Hal ini menunjukkan adanya kaitan dari kerajaan Sriwijaya dengan Mataram kuno.
Dyah Gula
Dyah Gula adalah raja kelima dari Mataram kuno. Nama raja ini ditemukan dalam prasasti Wanua Tengah III dan memerintah di Mataram kuno sejak tahun 827 Masehi. Prasasti ini ditemukan di sebuah ladang Dukuh Kedunglo, Desa Gandulan, Kaloran, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah.
Rakai Garung
Rakai Garung merupakan raja dari Mataram kuno yang menggantikan posisi dari Rakai Warak. Ia berasal dari Dinansti Wangsa Sanjaya dan memerintah kerajaan dari tahun 823 hingga 847 Masehi.
Nama dari Rakai Garung ditemukan dalam prasasti Wanua Tengah III yang ada di Temanggung. Dalam prasasti tersebut ditemukan bahwa Rakai Garung memerintah kerajaan dengan gelar Maharaja dan memerintah sebelum Rakai Pikatan.
Rakai Pikatan Dyah Saladu
Rakai Pikatan Dyah Saladu memiliki nama asli Mpu Manuku yang disandarkan pada prasasti Argapura. Raja ini memerintah Mataram kuno sejak tahun 847 hingga 855 Masehi. Beliau dijuluki sebagai Rakai Mamrati.
Julukan ini didapatkan karena Rakai Pikatan Dyah Saladu berhasil membuat dan membangun sebuah ibu kota yang baru di desa Mamrati. Dalam ibu kota baru tersebut terdapat istana dengan nama Mamratipura yang digunakan untuk menggantikan ibu kota yang lama.
Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala
Raja lain yang memerintah Mataram kuno adalah Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Ia merupakan putra bungsu dari Rakai Pikatan. Dalam pemerintahan Kerajaan Mataram kuno, Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala memerintah mulai tahun 856 hingga 880 Masehi.
Terdapat perbedaan mengenai siapa nama asli dari Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala. Dalam prasasti Wantil, nama asli dari Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala adalah Dyah Lokapala. Namun, menurut prasasti Argapura, namanya adalah Mpu Lokapala.
Dyah Taqwas
Dyah Taqwas merupakan raja yang memerintah di Mataram kuno sekitar tahun 885 Masehi. Berita ini didasarkan pada tulisan yang terdapat pada prasasti Wanua Tengah III. Dalam prasasti tersebut ditemukan secara lengkap daftar nama raja yang memerintah di kerajaan. Salah satu nama yang tercatat dalam prasasti tersebut adalah Dyah Taqwas.
Rakai Panumwangan Dyah Dawendra
Rakai Panumwangan Dyah Dawendra adalah raja selanjutnya yang memimpin Mataram kuno. Nama raja ini tercatat dalam Prasasti Wanua Tengah III. Dalam catatan yang ditemukan, raja ini memerintah kerajaan sekitar tahun 885 hingga 887 Masehi.
Rakai Gurunwangi Dyah Wadra
Rakai Gurunwangi Dyah Wadra adalah raja selanjutnya yang memerintah di Mataram kuno. Ia memerintah pada tahun 887 Masehi. Nama Rakai Gurunwangi Dyah Wadra tercatat dalam prasasti Antan dan Poh Dulur sebagai salah satu prasasti peninggalan dari Mataram kuno.
Rakai Watuhumalang Dyah Jbang
Rakai Watuhumalang Dyah Jbang adalah raja dari Kerajaan Mataram kuno yang memerintah pada tahun 894 hingga tahun 898 Masehi. Catatan mengenai Rakai Watuhumalang Dyah Jbang sebagai raja Mataram kuno adalah ada di prasasti Mantyasih.
Dalam prasasti tersebut dijelaskan bahwa Rakai Watuhumalang Dyah Jbang menjadi raja menggantikan Rakai Kayuwangi.
Rakai Watukura Dyah Walitung
Rakai Watukura Dyah Walitung adalah raja dari Mataram kuno yang berkuasa sekitar tahun 899 hingga 911 Masehi. Wilayah kekuasaan raja ini menyebar dari Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali.
Selain itu, pada masa pemerintahan Rakai Watukura Dyah Walitung, nama kerajaan juga disebut dengan Kerajaan Galuh. Meskipun secara wilayah kekuasaan raja ini cukup luas, namun kondisi dan kehidupan masyarakat Mataram belum menunjukkan kemakmuran yang tinggi.
Raja-Raja yang Memimpin Mataram Islam
Sebagaimana yang disinggung di awal bahwa Kerajaan Mataram terpecah menjadi dua. Selain Mataram kuno, sebagaimana dibahas sebelumnya, Mataram terpisah menjadi Mataram Islam. Dalam sejarahnya, kerajaan ini mendiami wilayah tengah dari Pulau Jawa.
Selain itu, dalam perjalanan kerajaan, ada 6 orang raja yang memimpin kerajaan ini hingga mencapai kejayaannya. Adapun raja-raja yang memimpin Kerajaan Mataram Islam dalam tarikh yang ditemukan adalah sebagai berikut:
Ki Ageng Pemanahan
Ki Ageng Pemanahan adalah pendiri dari desa Mataram pada tahun 1556. Desa tersebut nantinya menjadi cikal bakal dari berdirinya Kerajaan Mataram Islam yang dipimpin oleh anaknya, Sutawijaya.
Awalnya, desa tersebut adalah hutan yang sangat lebat. Setelah dibuka lahannya oleh masyarakat sekitar, tanah tersebut menjadi sebuah pemukiman yang cukup ramai. Oleh karena asalnya sebagai hutan, masyarakat sekitar menyebut desa tersebut dengan nama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan sendiri wafat tahun 1584 dan dimakamkan di Yogyakarta.
Panembahan Senapati
Panembahan Senapati sebenarnya adalah gelar yang dimiliki oleh Sutawijaya. Awalnya, ia merupakan seorang senapati dari Kerajaan Pajang. Mataram Islam di bawah kepemimpinannya mulai menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.
Wilayah kerajaan ini meluas ke beberapa daerah. Dalam catatan sejarah, pada masa pemerintahan Sutawijaya, kekuasaan Mataram Islam menyebar ke beberapa daerah, seperti Pajang, Tuban, Demak, Pasuruan, Madiun dan sebagian wilayah dari Surabaya.
Raden Mas Jolang
Raden Mas Jolang merupakan putra dari Panembahan Senapati dan putri Ki Ageng Penjawi. Beliau memiliki gelar Panembahan Anyakrawati. Raden Mas Jolang adalah pewaris kedua kerajaan Mataram Islam. Dalam catatan sejarah, ia memimpin Kerajaan Mataram Islam mulai dari tahun 1606 hingga 1613 Masehi.
Meskipun cukup singkat dalam memerintah, namun Mataram Islam di bawah kekuasaannya mendapatkan kemajuan yang cukup pesat. Beliau meninggal di desa Krapyak pada tahun 1613 dan dimakamkan di Pasar Gede tepat di bawah makam ayahnya.
Raden Mas Rangsang
Raden Mas Rangsang adalah raja Mataram Islam yang merupakan anak dari Raden Mas Jolang. Raja Raden Mas Rangsang memerintah kerajaan mulai tahun 1613 hingga tahun 1645. Pada masa pemerintahan Raden Mas Rangsang-lah Mataram Islam mencapai puncak kejayaan.
Kondisi kerajaan dan masyarakat sangat makmur dan damai. Namun, pada periode ini, VOC dari Belanda mulai masuk ke Indonesia dan membuat keonaran, termasuk di sekitar kerajaan. Raden Mas Rangsang beserta warga masyarakat berusaha memerangi VOC.
Amangkurat I
Amangkurat I merupakan pewaris tahta kerajaan. Ia adalah putra dari Sultan Agung dan memiliki kekuasaan pada tahun 1638 hingga 1647 Masehi. Pada masa ini, Kerajaan Mataram Islam pecah. Hal ini dikarenakan Amangkurat I bermain mata dan menjadi teman setia VOC.
Ia tergoda dengan harta yang diberikan oleh VOC sehingga tanpa sadar mengorbankan rakyatnya. Ia wafat di Tegal sekitar tahun 1677 dan kemudian digantikan oleh Amangkurat II.
Amangkurat II
Amangkurat II dikenal dengan nama lain Raden Mas Rahmat. Ia merupakan raja pertama dan juga pendiri dari Kasunan Kartasura. Kasunan ini adalah lanjutan dari Kerajaan Mataram Islam yang terpecah sebelumnya.
Dalam catatan sejarah, Amangkurat II memerintah sekitar tahun 1677 hingga 1703 Masehi. Masa pemerintahan raja ini cukup panjang. Namun, sayangnya, ia sangat tergoda dengan budaya Eropa. Bahkan, untuk pakaian dinas sehari-hari, Amangkurat II cenderung lebih sering mengenakan pakaian Eropa.
Kondisi ini tidak lepas dari pengaruh VOC yang semakin kuat. VOC berhasil memasukkan agen-agen mereka ke dalam kerajaan. Agen-agen sebagai penyusup ini memegang agenda VOC untuk mendapatkan kekuasaan dan keuntungan yang banyak.
Peninggalan Kerajaan Mataram Kuno
Mataram kuno, sebagai kerajaan dengan dua dinasti yang berbeda, memiliki corak yang cukup berbeda-beda. Hal ini dibuktikan dengan beberapa peninggalan dari Mataram kuno yang berhasil ditemukan. Adapun peninggalan dari kerajaan ini adalah sebagai berikut:
- Prasasti Canggal (732 M) yang menceritakan Sanjaya adalah pendiri Kerajaan Lingga yang terkenal dengan kekayaannya berupa padi dan emas
- Prasasti Balitung (907 M) yang menceritakan tentang hadiah tanah kepada 5 patih di Mantyasih berkat jasa yang diberikan
- Prasasti Kalasan (778 M) yang menceritakan tentang pembangunan bangunan suci yang ditunjukkan kepada Dewi Tara dan sebuah biara untuk para pendeta
- Prasasti Kelurak (782 M) yang menceritakan tentang Arca Manjustru sebagai wujud dari Sang Buddha
- Prasasti Ratu Boko (856 M) yang menceritakan tentang kekalahan dari Balaputeradewa yang kemudian lari ke Sriwijaya dan memerintah sebagai raja di sana
- Prasasti Nalanda (860 M) yang menceritakan tentang asal-usul dari raja Balaputeradewa
- Prasasti Ligor (860 M) yang menceritakan tentang Balaputeradewa yang mengaku sebagai cucu dari raja di Jawa
- Prasasti Wanua Tengah III (908 M) yang menceritakan tentang silsilah lengkap mengenai raja-raja yang pernah memerintah Mataram Kuno.
Peninggalan Kerajaan Mataram Islam
Dalam perkembangannya, Mataram Islam berhasil memberikan kemajuan dalam beberapa aspek yang berbeda. Beberapa aspek yang maju dari pemerintahan kerajaan ini adalah seni ukir, lukis, hias dan patung.
Adapun beberapa peninggalan dari Mataram Islam yang berhasil ditemukan adalah sebagai berikut:
- Candi Bentar yang terletak di makam Sunan Tembayat dan bertempat di daerah Klaten. Candi ini dibuat pada masa pemerintahan dari Sultan Agung
- Kalender Jawa yang merupakan sistem penanggalan yang dibuat oleh Sultan Agung berdasarkan perputaran bulan
- Buku Sastra Gending yang merupakan buku filsafat dari Sultan Agung
- Surya Alam merupakan karya dari Sultan Agung. Karya ini merupakan kitab yang berisi tentang undang-undang untuk pemerintahan
- Perayaan sekaten yang merupakan salah satu bentuk perayaan tentang kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasalam. Acara ini dilakukan dengan mengarak gunungan dari kraton menuju ke Masjid Agung. Acara ini masih bertahan hingga saat ini.
Demikian beberapa ulasan terkait Kerajaan Mataram, baik dari Mataram kuno dan Mataram Islam. Perbedaan corak, terutama agama sangat berpengaruh tentang sistem dan arah pemerintahan yang dijalankan. Namun, kedua kerajaan tersebut menjadi bukti adanya kerajaan kuat yang pernah ada di tanah Jawa dahulu kala.